Kebesaran Mu Ya Allah – Deta E.W
Hallo!!! Aku mau sedikit berbagi cerita nih tentang pengalamanku saat terkena bencana.
Pertama, pada hari Sabtu, 27 Mei 2006 pagi hari di Yogyakarta ada suatu peristiwa yaitu gempa bumi. Ya, gempa bumi kali itu bisa dibilang cukup kuat kira kira 5,7 SR. Saat itu, aku hanyalah satu-satunya orang yang masih tertidur di dalam kamar dan gak sadar kalau terjadi gempa bumi. Akhirnya bapakku yang udah keluar kembali masuk untuk mengambil aku untuk keluar rumah. Saat aku sudah digendong, tiba-tiba bruukkkk…. almari di dekat tempat tidurku roboh begitu saja. Mungkin kalau gak ada bapakku aku sudah tertimpa oleh almari itu haha. Sesampainya diluar rumah, sudah banyak orang yang panik dan berhamburan kesana kemari. Ada juga orang yang menyebarkan berita bahwa akan terjadi tsunami. Akhirnya, aku dan keluargaku mengungsi ke brongkol. Brongkol itu adalah salah satu desa yang berada di gunung dekat rumahku, jadi ya lumayan amanlah buat mengungsi bila terjadi tsunami. Saat semua keluarga besarku mengungsi di sana, ternyata ada nenekku yang masih di rumah akhirnya, saudaraku ada yang turun lagi untuk menjemputnya ke tempat pengungsian. Lalu ada seorang tetangga kakek dan nenekku yang baru saja menikah dan membawa makanan sisa dari pesta pernikahannya untuk dibagikan ke warga yang kelaparan karena saat itu bantuan tak kunjung datang. Sampai sore tiba, ternyata tak ada tsunami yang menghamtam ke tempat kami. Akhirnya, sebagian warga ada yang turun untuk pulang ke rumah. Begitu juga dengan keluargaku yang ikut turun ke rumah dan memutuskan untuk menginap di rumah baru budheku bersama-sama dengan menggelar tikar di ruang tamunya. Namun, salah satu budheku ada yang masih takut bila terjadi gempa susulan akhirnya ia memutuskan untuk tetap tinggal di pengungsian. Saat malam hari, tiba tiba mobil di depan rumah budheku yang kami tempati untuk tidur hidup sendiri padahal, saat itu semuanya sedang terlelapn tidur dan tidak ada orang lain lagi di situ. Akhirnya, kami terbangun dan mengeceknya. Dan ternyata memang benar bahwa mobilnya menyala sendiri.. Memang terlihat seram bukan? Ya bagaimana lagi memang kenyataannya seperti itu. Ok, esoknya aku dan keluargaku pulang ke rumah untuk mengecek rumah dan mulai menempatinyanya kembali dengan budheku yang tadinya berada di barak pengungsian. Ya, saat itu telah banyak korban jiwa yang ditemukan baik yang terluka ringan, parah, bahkan ada yang meninggal dan juga banyak bangunan yang roboh ada juga yang kemalingan wah…. Memang ya maling itu bisa memanfaatkan kesempatan seperti itu. Alhamdulillahnya rumahku tidak ada yang roboh ya mungkin hanya sedikit rusak pada lapisannya dan pastinya gak kemalingan. Saat itu sudah banyak bantuan yang datang dan kita terima mulai dari makanan, minuman, hingga selimut *btw selimutnya masih ada di lemariku yang menjadi salah satu pengingat masa itu. Dan saat itu juga, singal kembali normal dan kami mencoba memberi kabar bahwa kami dalam keadaan baik-baik saja kepada saudara-saudara kami yang ada di luar kota. Setelah itu, bapakku mendapat telepon dari saudara yang berada di Pundong, Bantul bahwa ibu mertuanya meninggal tertimpa bangunan rumahnya yang roboh dan sudah dikebumikan kemarin “innalillahi” ucap kami sekeluarga lalu ia bilang bahwa tidakusah cemas dan kami di anjurkan untuk ke sana saat keadaannya sudah kembali normal saja. Malamnya aku dan keluargaku beserta budheku tidur di ruang tamuku dengan memindahkan kasur ke ruang tamu agar kalau terjadi gempa bumi susulan bisa keluar dengan cepat. Ya saat semuanya kembali normal, semua orang mulai beraktivitas seperti biasa sekolah dan bekerja. Yah mungkin masih ada trauma didalam diri kami hingga sekarang namun ya sudah apa boleh buat semua sudah terjadi.
Kedua, saat gunung merapi meletus. Saat itu bulan November 2010 yah lupa ya tanggalnya. Warga di Jogja khusunya Sleman sudah panik dengan berita bahwa merapi pada status siaga. Semua warga di kawasan gunung merapi telah di beri peringatan untuk mengungsi apabila suatu saat akan meletus. Ya, akhirnya memang benar merapi telah mengeluarkan awan hitam yang disebut dengan wedhus gembel tak lama kemudian merapi meluapkan semua material material yang ada di dalamnya. Dan ahirnya semua warga di sekitar merapi mengungsi kecuali Mbah Marijan, ya ia adalah sosok yang di sebut sebagai juru kunci merapi dan ia tak mau mengungsi apapun yang akan terjadi ia akan tetap di rumahnya hingga luapan lumpur panas mengalir membakar semua tumbuhan yang ada di situ dan rumah warga di disitu begitu pula dengan rumah Mbah Marijan dan ya Mbah Marijan meninggal saat terjadi banjir lumpur panas dan hal itu membuat kehebohan warga di sekitar Jogja. Ya rumahku memang terbilang cukup jauh dari merapi namun kami juga mendapat hadiah dari merapi yaitu hujan abu. Dan selama dua hari semua siswa di Jogja diliburkan karena hajan abu tersebut. Hal ini juga memicu adanya penyakit gangguan pernapasan seperti ISPA sehingga banyak bantuan masker yang dibagikan oleh pemerintah agar tetap terjaga kesehatan warga Jogja. Sorenya kami membersihkan sisa hujan abu tadi pagi agar tidak ada debu yang bertebaran yang menyebabkan penyakit. Esok harinya ada kerja bakti untuk membersihkan jalanan agar tidak terjadi kecelakaan dimana-mana. Ya memang hujan abu saat itu lumayan tebal 1cm ada mungkin ya. Ya begitulah rutinitas warga saat merapi meletus.
Pada tanggal 14 Februari 2014 ya memang tanggal ini dianggap sebagai tanggal istimewa namun Jogja kembali dihantam oleh hujan abu yang berasal dari gunung kelud ya memang jarak dari Jogja ke Kediri menmang jauh namun ya memang dampaknya Jogja pun merasakan. Saat pagi hari itu aku bangun jam 6 namun suasana di luar rumah terlihat masih seperti jam 4 pagi ‘gelap’. Setelah aku keluar ya aku sangat terkejut ternyata aku kembali merasakan hujan abu untuk kedua kalinya. Saat itu aku sudah mempunyai rencana untuk menonton konser coboy junior di salah satu hotel di Jogja bersama dengan kakakku ya sedikit cerita ya aku memang dulunya itu COmate(sebutan untuk fans coboy junior). Namun rencana itu gagal karena ada hujan abu ini dan orang tuaku tidak memberi izin ya memang menyedihknan sekali untungnya aku belum membayar tiket konser itu. Walaupun ada hujan abu namun konser itu tetap banyak COmate yang hadir dan jika kalian tahu penerbangan ke Jogja itu dicancel semua dan akhirnya coboy junior and team ke Jogja menggunakan bus ya memang perjuangan yang hebat ya. Nah, aku di rumah sempat nangis karena itu lalu hanya memantau lewat sosmed saja sedih bukan BHAK. Lalu ternyata di depan rumahku ada kecelakaan karena debunya berterbangan dimana-mana membuat semua orang tidak melihat jalan dan orang yang di depannya akhirnya banyak kecelakaan terjadi ditambah sore hari ada hujan yang hanya rintik-rintik membuat jalanan menjadi licin. Akhirnya aku sekeluarga daan warga sekitar kerja bakti membersihkan jalan raya depan rumah ya saat itu memang lagi heboh pemilihan lurah baru di kelurahanku jadi ini menjadi salah satu momen untuk menarik perhatian dari masyarakat ya seperti pembagian masker gratis lalu ada banyak kejadian lucu yang terjadi mulai dari ada orang jatuh karena tidak hati-hati padahal kita udah mengingatkan untuk berhati-hati dan saat itu kita tertawa bahagia*astaghfirullah. Lalu, akdan kakakku membeli bensin di dekat rumah dan aku mendokumentasikan moment itu but gak tau ya videonya sekaran ada dimana tapi saat itu seru sih. Lalu, lanjut kerja bakti lagi sampai jam 20.00 ya setelah itu baru terasa badan capek semua dan rambut kaku semuanya. Tapi ya senang soalnya bisa bantu orang-orang agar tetap selamat di perjalanan.
Ya itu beberapa bencana yang pernah aku alami selama ini dan aku yakin ini merupakan kebesaran-Mu dan sebagai pengingat agar kita tetap mau mensyukuri apa yang telah kita peroleh kemarin, hari ini, dan insyaAllah esok. Sekian singkat cerita dari aku.
see you in the next episode, guys!!!
-Deta E.W-
Mitigasi Bencana