Mertargetkan Mitigasi

Mertargetkan mitigasi ditempat yang mempunyai pengaruh paling banyak

Pemahaman terhadap bagaimana terjadinya satu bahaya atau satu kecelakaan bisa berubah menjadi satu bencana memungkinkan kita dapat meramalkan kemungkinan situasi-situasi di mana bencana-bencana akan terjadi. Jika tidak ada tempat hunian manusia atau aktivitas-aktivitas ekonomi yang terpengaruh, satu bencana tidak akan menjadi satu tindakan alam yang bersifat merusak. Kombinasi dari tempat hunian (elemen) dan gempa bumi (bahaya) memungkinkan terjadinya bencana. Beberapa elemen lebih rentan terhadap pengaruh-pengaruh gempa bumi dibanding elemen-elemen yang lainnya. Mengidentifikasikan elemen-elemen mana saja yang paling berresiko menunjukkan prioritas-prioritas mitigasi.

Bencana sering kali merupakan akibat dari kombinasi faktor-faktor yang terjadi secara bersama: sumber api, daerah pemukiman yang padat dan rumah-rumah yang mudah terbakar sebagai contoh, atau pecahnya daerah retakan gempa yang dekat dengan satu kota yang terbentuk dari bangunan-bangunan yang lemah dan berpenduduk padat. Faktor-faktor penyumbang bencana-bencana di masa lampau dapat diidentifikasi untuk menandai kondisi-kondisi yang sama di tempat lain. Inilah proses dari analisa resiko.

Mengidentifikasikan situasi-situasi di mana kombinasi-kombinasi dari faktor-faktor resiko terjadi secara bersamaan menunjukan elemen-elemen yang paling berresiko. Elemen-elemen yang paling berresiko adalah bangunan-bangunan, pelayanan-pelayanan umum, infrastruktur dan aktivitas-aktivitas yang akan paling menderita dari pengaruh-pengaruh bahaya atau akan paling tidak mampu untuk pulih kembali setelah kejadian itu. Pada tingkat regional, konsentrasi-konsentrasi penduduk dan infrastruktur di kota-kota besar memungkinkan timbulnya kerugian-kerugian oleh bahaya tingkat rendahpun yang bahkan akan melebihi jumlah total kerugian-kerugian yang ditimbulkan oleh bahaya parah terhadap semua desa di daerah itu. Tindakan-tindakan mitigasi di kota mungkin bisa membawa pengaruh yang paling tinggi terhadap pengurangan kerugian-kerugian masa mendatang. Bagian-bagian dari stock perumahan di kota yang paling mungkin rusak dapat diidentifikasikan dan tindakan-tindakan mitigasi yang diterapkan di sektor itu akan berpengaruh terhadap pengurangan resiko. Jumlah elemen-elemen yang mungkin terpengaruh oleh bahaya, bersama dengan kerentanannya terhadap bahaya akan memberikan identifikasi di mana mitigasi yang paling efektif.

Tingkat kerentanan

Rumah-rumah yang terbuat dari bambu dan jerami kering yang bisa roboh tertiup angin dalam badai tropis lebih rentan terhadap beban angin dibandingkan dengan bangunan yang terbuat dari batu bata. Bangunan dari batu bata lebih cenderung tercerai berai dengan adanya getaran tanah yang diakibatkan gempa bumi dibandingkan bangunan kerangka beton besi yang kuat ( atau gubuk terbuat dari bambu dan jerami kering ) dan lebih rentan terhadap bahaya gempa bumi. Kerentanan adalah tingkat dari kerusakan yang diperkirakan dari satu bahaya khusus. Mentargetkan upaya-upaya mitigasi sangat tergantung pada penilaian kerentanan secara benar. Penilaian tingkat kerentanan dibicarakan secara lebih rinci pada modul tentang Kerentanan dan Penilaian Resiko.

Konsep dari penilaian kerentanan ini dapat juga diperluas kepada kelompok-kelompok social atau sektor-sektor ekonomi. Orang-orang yang menyewa rumah bergantung kepada pemilik rumah untuk melakukan perbaikan akibat kerusakan dan lebih cenderung menjadi tidak memiliki tempat tinggal pada saat terjadi satu bencana. Mengindentifisir kelompok-kelompok penyewa secara benar dan menetapkan hak-hak sewa dan kewajiban-kewajiban pemilik rumah untuk memperbaiki bisa mengurangi jumlah orang yang menjadi tidak punya rumah pada saat terjadi satu bencana. Sama halnya, para penanam tanaman pangan yang mengirim produk mereka ke pasar melewati satu jalan melintasi gunung, tidak akan bisa menjual produk mereka jika jalan tersebut tertutup. Membangun rute alternatif menuju ke pasar akan mengurangi kerentanan terhadap kerusakan sektor pertanian yang diakibatkan kerena bencana