Mitigasi Bencana
Mitigasi bencana adalah istilah yang digunakan untuk menunjuk pada semua tindakan untuk mengurangi dampak dari satu bencana yang dapat dilakukan sebelum bencana itu terjadi, termasuk kesiapan dan tindakan-tindakan pengurangan resiko jangka panjang. Mitigasi bencana mencakup baik perencanaan dan pelaksanaan tindakan-tindakan untuk mengurangi resiko-resiko yang terkait dengan bahaya-bahaya karena ulah manusia dan bahaya alam yang sudah diketahui, dan proses perencanaan untuk respon yang efektif terhadap bencana-bencana yang benar-benar terjadi.
Mitigasi berarti mengambil tindakan-tindakan untuk mengurangi pengaruh-pengaruh dari satu bahaya sebelum bahaya itu terjadi. Istilah mitigasi berlaku untuk cakupan yang luas dari aktivitas-aktivitas dan tindakan-tindakan perlindungan yang mungkin diawali, dari yang fisik, seperti membangun bangunan-bangunan yang lebih kuat, sampai dengan yang prosedural, seperti teknik-teknik yang baku untuk menggabungkan penilaian bahaya di dalam rencana penggunaan lahan.
Tahun 1990an akan menjadi satu dekade upaya besar untuk mendorong teknik-teknik mitigasi bencana dalam proyek-proyek pembangunan di seluruh dunia. Perserikatan Bangsa Bangsa telah mengadopsi dekade tahun 1990an sebagai Dekade Internasional untuk Pengurangan Bencana Alam. Tujuannya adalah untuk mencapai pengurangan yang signifikan dalam hal kematian dan kerusakan materi yang disebabkan oleh bencana-bencana pada akhir dekade. DHA dan UNDP akan memainkan peran sentral di dalam mendorong pemerintah-pemerintah nasional dan badan-badan non-pemerintah untuk menangani isu-isu yang terkait dengan bencana lewat proyek-proyek yang dipusatkan secara langsung pada pengurangan dampak-dampak bahaya dan lewat penggabungan resiko kesadaran sebagai bagian dari operasi-operasi normal dari proyek-proyek pembangunan.
Satu analogi yang bermanfaat dengan ilmu pengetahuan yang berkembang belakangan ini dari mitigasi bencana adalah pelaksanaan tindakan-tindakan kesehatan umum yang mulai pada pertengahan abad 19. Sebelum waktu itu, tuberkulosis, tipus, kolera, desentri, cacar dan banyak penyakit lain adalah penyebab-penyebab utama kematian dan cenderung menganggap epidemi semakin meningkat sejalan dengan pembangunan industri dari kota-kota yang memicu meningkatnya konsentrasi-konsentrasi populasi. Penyakit-penyakit ini mempunyai pengaruh besar terhadap harapan hidup pada waktu itu tetapi dianggap sebagai bagian dari resiko hidup sehari-hari. Ketidak teraturan yang kentara dari serangan penyakit tersebut menyerang dan tidak dapatnya penyakit tersebut ditebak berarti bahwa takhayul, mitologi dan sejumlah fatalisme tertentu hanyalah respon publik terhadap bencana-bencana: resiko yang tinggi dari penyakit umumnya diterima saja karena hanya ada sedikit alternatif.
Pada saat pemahaman dari apa yang menyebabkan timbulnya penyakit semakin meningkat, terutama lewat upaya-upaya dari para ilmuwan dan ahli epidemiologi pada abad 19, maka insiden epidemi dan penyakit biasanya menjadi mudah dipahami. Menjadi jelas bahwa penyakit dapat dicegah dan secara berangsur-angsur konsep perlindungan umum terhadap penyakit menjadi dapat diterima.