Tindakan Masyarakat
Tindakan-tindakan masyarakat
Mitigasi bencana hanya akan berhasil jika ada satu konsensus bahwa hal tersebut memang dikehendaki, masuk akal dan dapat diupayakan. Di banyak tempat, bahaya-bahaya individual yang mengancam tidak pernah diketahui, langkah-langkah yang dapat diambil untuk melindungi mereka tidak diketahui dan tuntutan dari masyarakat agar diri mereka dilindungi tidak kunjung datang. Perencanaan mitigasi harus bertujuan untuk mengembangkan “kultur keamanan” bencana di mana orang-orang sadar secara penuh akan bahaya-bahaya yang mereka hadapi, melindungi diri mereka sendiri sejauh yang mereka dapat lakukan dan secara penuh mendukung upaya-upaya yang dibuat demi perlindungan bagi mereka.
Kesadaran umum dapat ditingkatkan dalam sejumlah cara, dari jangka pendek, kampanye-kampanye profil tinggi dengan menggunakan siaran-siaran, literatur dan poster-poster, sampai ke jangka yang lebih panjang, kampanye-kampanye profil rendah yang dilaksanakan lewat pendidikan umum. Pendidikan harus berusaha mengakrabkan dan tidak membuat sensasi tentang bencana. Setiap orang yang hidup di daerah rawan bahaya harus memahami bahaya-bahaya sebagai satu kenyataan hidup. Informasi mengenai bahaya-bahaya harus menjadi bagian dari kurikulum baku bagi anak-anak di sekolah dan bagian dari sumber-sumber informasi harian, pada kesempatan tertentu disebutkan dalam bentuk cerita-cerita, opera-opera sabun TV, surat kabar dan media umum lainnya. Tujuannya adalah untuk mengembangkan pengakuan harian akan keamanan bahaya dimana orang-orang mengambil tindakan secara sadar, dan tindakan pencegahan lewat menyadari, akan tetapi tidak takut, akan kemungkinan munculnya bahaya. Pemahaman mereka harus mencakup sadar akan apa yang harus dilakukan pada saat , dan dengan satu pengertian bahwa pilihan atas rumah mereka, penempatan dari rak buku atau kompor dan kualitas konstruksi dari tembok kebun di sekitar arena anak-anak mereka semua bisa mempengaruhi keselamatan mereka sendiri.
Kesadaran dari resiko secara lokal dibantu oleh mereka yang memberi peringatan akan kejadian-kejadian masa lalu: satu tiang yang didirikan dengan diberi tanda untuk menunjukkan tanda ketinggian air dari banjir-banjir di masa lalu; reruntuhan dari satu bangunan yang dilindungi sebagai satu monumen untuk suatu gempa bumi di masa lalu
Penting juga untuk tidak membuat sensasi akan bahaya-bahaya. Sebagian besar kemunculan bahaya tidaklah membawa bencana. Melaporkan hanya bahaya-bahaya besar saja menyebabkan ketakutan dan fatalisme: “Jika satu gempa bumi memporak porandakan satu kota, di mana saya menaruh rak buku saya, tidak akan ada bedanya”. Perlakuan dari bahaya-bahaya fiksi di media harus dimaksudkan untuk menunjukkan bagaimana satu rumah tangga mengatasi atau tidak mengatasi munculnya bahaya yang merusak, bukan penghancuran dari keluarga opera sabun lewat bencana alam.
Keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan mitigasi mungkin melibatkan konsultasi-konsultasi dan rapat- rapat umum, keingin tahuan masyarakat dan diskusi secara penuh untuk mencapai keputusan seperti dalam forum politik yang normal.
Kesadaran lebih jauh bisa dikembangkan lewat latihan-latihan, praktek emergensi dan peringatan untuk mengenang kejadian di masa lalu. Di rumah sakit, sekolah-sekolah dan bangunan-bangunan besar sering kali biasa untuk melakukan praktek-praktek evakuasi untuk melatih apa yang harus dilakukan oleh para penghuni pada saat terjadi kebakaran, gempa bumi atau bahaya lain. Di sekolah-sekolah anak-anak boleh mempraktekan latihan-latihan gempa bumi dengan bersembunyi di bawah meja. Hal ini bisa memperkuat kesadaran dan mengembangkan respon-respon kebiasaan.
Di beberapa negara, peringatan dari satu bencana besar dikenang sebagai Hari Kesadaran Bencana-tanggal 1 September di Jepang, 20 September di Meksiko, dan bulan April di Kalifornia, Amerika Serikat. Pada hari seperti ini, latihan-latihan diperagakan, upacara-upacara dan aktivitas-aktivitas diselenggarakan untuk mempromosikan mitigasi bencana. Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa dalam adopsinya dari Dekade Internasional untuk Pengurangan Bencana Alam ( Resolusi 44/236,22 Desember 1989 )yang ditetapkan pada hari Rabu kedua bulan Oktober sebagai satu Hari Internasional untuk Pengurangan Bencana Alam yang bisa menjadi satu kesempatan untuk banyak negara lain untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas kesadaran bencana
Sumber : Program Pelatihan Manajemen Bencana, karya dari A.W. Coburn, R.J.S. Spence, A. Pomonis ; Cambridge Architectural Research Limited, The Oast House, Malting Lane, Cambridge, United Kingdom, 1994