Gempa Yogja-Riza Afrizalhuda

Hai teman – teman perkenalkan namaku Riza Afrizalhuda biasa dipanggil Riza alamat rumah srumbung magelang, umur sekarang  19th, dan inilah riwayat pendidikanku,
TK Pertiwi Srumbung 2001 – 2003
SD Muhammadiyah Gunungpring Muntilan 2003 – 2009
SMP Negeri 1 Srumbung 2009 – 2012
SMK Putra Samodera Yogyakarta 2012 – 2015
dan sekarang kuliah di Universitas PGRI Yogyakarta semester 2.

Pada kesempatan kali ini aku akan berbagi pengalamanku ketika aku masih duduk di bangku kelas 4 SD, pada saat itu tepatnya pada tanggal 27 Mei 2006 terjadi gempa yang cukup dahsyat di Daerah Istimewa Yogyakarta dengan kekuatan 5.9 SR dan pusat gempa berada di laut, walaupun tempat tinggalku di Magelang (barat kota Yogyakarta) tetapi goncangan gempa itu terasa bahkan katanya sampai daerah Semarang dan Purworejo.

Seperti hari2 biasanya iniah kegiatan keluargaku, kalu pagi bapak buka toko, ibu masak di dapur, aku dan adikku ‘Avis’ siap2 berangkat sekolah, saat itu kurang lebih pukul 05:55 WIB saat aku sedang memakai sepatu tiba tiba rumahnya getar cepat banget saking paniknya ehh.. ibu malah seret aku dan avis kebelakang rumah bukannya ke depan rumah, aku liat kolam di belakang rumah airnya sudah terombang ambing bagaikan ombak, bagian atas rumah seperti mau ambruk,, ibuk saat itu panik banget  cuma bisa pasrah di belakang rumah dan teriak2 ‘Allahhuakbar allahhuakbar’.. entah apa yang ada di pikiranku saat itu, aku langsung lari ke jalan lewat rumah pakde yang ada di samping rumahku, Avis dan Ibuk juga mengikuti aku, pas sampai di jalan gempa sudah reda tetapi orang – orang yang ada di pinggir jalan masih terlihat panik, kebetulan saat itu sedang pasaran dan orang yang ada di dalam pasar keluar semuanya.. pass banget,, tidak selang lama gunung merapi meletus dan itu membuat suasana semakin mencekam, asap hitam tebal meluncur tinggi dari puncak gunung,,,

Mobil sekolahan yang biasa jemput aku dan Avis sudah datang ibuk langsung lari masuk ke rumah ambil tasku dan tasnya Avis, saat didalam mobil ngobrol sama teman – teman, dan yang menjadi tema perbincangan saat itu adalah gempa. Nahh Lek Mat ternyata tidak merasakan goncangan gempa, masalahnya saat terjadi gempa dia sedang mengendarai mobil, sebentar – sebentar “Lek Mat adalah sopir mobil antar jemput jurusan Srumbung” 

Sampai di sekolahan langsung masuk kelas dan mengikuti pelajaran seperti biasa, tiba – tiba sekitar pukul 09.00 WIB ada pengumuman kalau murid – murid dipulangkan lebih awal, katanya takut ada gempa susulan, dan setelah masuk mobil antar jemput mau perjalanan pulang mendengar isu kalau ada tsunami, katanya tsunaminya sudah sampai daerah sleman, ehhh se-mobil yang isinya anak – anak SD itu nangis semua dan Lek Mat bingung karena yang paling tua didalam mobil hanya dia sendiri. Lek Mat tetap mengendarai mobilnya sambil menenangkan anak – anak dan satu per satu anak – anak diantarkan kerumahnya, dan akhirnya semuanya sampai dirumah dengan selamat 

Sehari setelah kejadian itu aku sekeluarga pergi ke bantul untuk menjenguk saudara disana yang katanya rumahnya roboh, aku punya banyak saudara disana karena mbah putri asalnya dari bantul. Saat perjalanan sudah mulai memesuki wilayah bantul terlihat bangunan yang roboh banyak sekali, gapura besar yang ada di kasongan bantul pun retak,, parah banget kerusakan bangunan di daerah sana, dan di rumah sakit PKU bantul terlihat ramai sekali, banyak korban yang harus dirawat dan katanya rumah sakit di seluruh Yogyakarta penuh semuanya, bahkan banyak pasien yang tidak mendapatkan kamar dan hanya di rawat di lorong – lorong masuk bangsal , setelah beberapa menit akhirnya sampai tujuan. Setelah turun dari mobil aku melihat air mata mbah putri berkaca – kaca dan memeluk adiknya, dan aku sekeluarga langsung masuk ke dalam tenda yang dibangun di depan rumah adiknya mbah putri, mendengar cerita dari adiknya mbah putri yang di bantul ngeri banget dengernya… rumahnya rata dengan tanah semuanya, bahkan ada tetangga yang tertimpa reruntuhan rumah dan meninggal dunia, setelah cukup lama di sana haripun sudah sore dan aku sekeluarga balik ke magelang.

Dua hari setelah itu warga di desaku mengadakan kerja bakti untuk membantu saudara – saudara yang ada di bantul, dan 1 rombongan truk yang berisi kira – kira 20 orang berangkat ke bantul, tapi aku tidak ikut karena aku harus berangkat sekolah. Beberapa hari kemudian aku sekeluarga berangkat ke bantul lagi dan sampai disana semuanya sudah terlihat rapi dan bersih dari reruntuhan bangunan, dan katanya rumah yang roboh akan di bangunkan oleh pemerintah.. Syukurlahh..
Harapanku saat itu semoga kondisi di Yogyakarta dan sekitarnya bisa kembali normal seperti semula, sungguh besar kekuasaan tuhan, dan inilan ceritaku teman -teman…

Mudah-mudahan kita dapat mengambil hikmah dari musibah gempa Jogja. Kita wajib membantu saudara-saudara kita yang tertimpa musibah, sekuat tenaga dan kemampuan kita. Dan semoga, gempa Jogja menjadikan kita sadar sebagai hamba Allah,, Aamiin…..